Kamis, 31 Oktober 2013
Sekilas hari ini tak ada yang
berbeda dari hari-hari sebelumnya. Mentari masih muncul dari tempat biasanya.
Pagi masih diiringi kicau kenari tetangga. Angin masih berhembus lembut menyapa
jiwa-jiwa penikmat pagi. Warung gorengan kecil milik tetangga pun masih utuh
berdiri seperti kemarin, malah terlihat lebih ramai pembeli. Ah, ya biasa..
mungkin yang berbeda hanya aku.. hari ini aku sedikit lebih malas dari
biasanya. Rasanya tak ada rencana untuk hari ini. Aku masih ingin berdiam lama
di hunian 17 tumbak yang sederhana ini. Karena hanya disinlah aku menemukan
nikmat Tuhan yang bernama kedamaian,ketentraman,dan kenyamanan.
Entahlah..rasanya jiwaku tak mau beradaptasi dengan dunia baru di luar sana.
Disini aku bersama makhluk-makhluk tuhan yang di takdirkan untuk menjadi
pelengkap hidupku, mereka yang memberi arti hidup untukku..dan kini ku tak mau
meninggalkan mereka..aku ingin terus tetap disini. Tapi entah mengapa, mereka sepertinya tak mau aku terus tetap
disini, mereka memaksaku untuk pergi dan beradaptasi dengan dunia baruku. Ya,
hari itu mereka seakan memaksaku. Memaksaku tuk kembali ke keramaian kota
itu..entahlah sebenarnya itu bukan kota, namun itu seperti kota—kota mahasiswa
tepatnya.
Tiga bulan yang lalu,tepatnya
tanggal 18 agustus sore aku berangkat kesana untuk kedua kalinya. Saat itu aku
berangkat bersama ibu,bapak,adik,kakak pertamaku,dan teman bapak yang mengantar
kami saat itu. Dengan membawa barang-barang pribadi, baju,sepatu,buku-buku,
rice cooker, setrika, dan kebutuhan lainnya,dalam hati ini berat rasanya untuk
melewati dan berangkat hari itu. Ya, saat itu aku pertama kalinya akan jauh
dari orang tua --- jadi anak kos. Kos ku bertempat di kawasan komplek kos
mahasiswa, ciseke besar, tak jauh dari kampus. Sesampainya disana langit sudah
gelap, namun tak seperti yang ku rasakan saat pertama kali ku datangi tempat
itu. Sebelumnya aku bersama temanku mendatangi kawasan kos ku untuk memberi
uang muka kepada yang punya, saat datang kesana, kawasan itu terlihat sepi..
sempat muncul rasa ragu untuk memilih kos di wilayah itu. namun pemilik kos itu
bilang “tenang neng, sepi itu soalnya lagi pada libur.. kalau nanti pas musiman
masuk kuliah, disini rame banget..malem aja kayak siang!”. Ternyata terbukti,
saat itu yang aku lihat sangat berbeda dari sebelumnya. Karena memang saat itu
sudah mulai masuk perkuliahan lagi. Meski hari sudah gelap, namun aktifitas
disana sama seperti siang hari. Kesibukan disana-sini. Hilir mudik mahasiswa,
di jalan, tempat makan, toko, yah dimana-mana. Sempat ku berucap dalam hati, “Tempat ramai
inilah yang akan ku diami selama beberapa tahun kedepan”. Setelah beberapa menit menelusuri komplek
ciseke besar, dengan kesulitan akses untuk masuk mobil—karena luas jalan hanya
cukup untuk mobil dan motor satu arah, sampai lupa tempat kos ku dimana,
akhirnya kami pun sampai juga. Hati ini makin terasa berat, aku akan jauh dari
orang tua,kakak,adik, dan semua yang ada di ranah kelahiranku. Kini aku harus
tinggal di tempat orang untuk menuntut ilmu. Namun saat itu tak peduli sejauh
apapun aku dengan orang tua,jika itu untuk membuat mereka merasa bangga, aku
akan berjuang semampuku. Ya, itu dulu… sesulit apapun dunia perkuliahan yang
aku jalani, aku tak pernah mengeluh. Namun , sejalan agustus berganti September..september
berganti Oktober..entah mengapa diri ini merasa berubah—aku merasa kehilangan
jati diri. Memang, dari awal aku tak memiliki minat di jurusan yang sedang aku
emban ini,meskipun begitu saat itu aku coba tuk jalani. Ini demi cita-citaku –
bisa menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia. Tapi anehnya,
semakin sini aku semakin tak nyaman di jurusan ini, dan aku pun berniat untuk
meninggalkan jurusanku ini—melanjutkan kuliah di tahun depan . Hal ini bukan karena
mata kuliah yang bisa dibilang berat, bukan jadwal kuliah yang terhitung padat,
bukan.. bukan hal itu.. dari dulu aku tak pernah kalah dengan hal-hal sepele
seperti itu.. ini karena ada faktor lain yang tak bisa ku jelaskan. Ya, aku tak
mau banyak bercerita tentang hal itu. Cukup aku,keluarga, dan Allah yang tahu. Aku
sudah membicarakan perihal kemunduranku di jurusan ini kepada teman kampusku,
teman dekat, dan kerabat. Mendengar keputusanku, mereka hanya menyayangkan
keputusan itu. Ada yang berkomentar kalau aku tak bersyukur dengan nasib yang
diberikan Allah “Farmasi itu bukan jurusan rendah,va.. punya grade tinggi..
prospek bagus.. apalagi ini di universitas terkemuka, bagus untuk masa depan
kamu.. masa sekarang mau di sia-siain?” . kurang lebih seperti itulah komentar
tiap orang yang mendengar keputusanku. Aku hanya tersenyum saja, aku tahu
jurusan ini bukan jurusan sembarangan, bisa dibilang jurusan impian banyak
orang. Tapi entahlah..jika ini sudah menyangkut hati, kenyamanan, dan ada factor
lain, aku tak bisa berbuat apa-apa.. aku sudah berusaha sekuat yang aku bisa,
tapi tetap ujung-ujungnya bermuara di rasa ketidak nyamanan dan keputusan untuk
berhenti saja. Aku bingung, bagaimana aku harus menceritakan “faktor” itu yang
menjadi alasan utama ku untuk berhenti kepada kawan-kawan jika mereka
menanyakan alasan kenapa aku berhenti. Sekarang cukuplah mereka tahu, kalau aku
benar-benar ingin berhenti dari jurusan ini. kini aku hanya berharap, tahun
depan, kesempatan dan keberuntungan masih mau menemuiku.. aku masih ingin
berkuliah di universitas itu..aku ingin masuk ilmu komunikasi atau sastra..
semoga tahun depan kesampaian.. Aamiin…
Aku mulai beranjak dari kamarku,
membawa handuk dan sandal untuk kupakai seusai nanti berwudlu. Aku niatkan
setelah dhuha,aku bereskan barang-barang seperlunya untuk pergi ke jatinangor. Bukan
untuk ngampus, tapi hanya menengok kosku saja. Sebelumnya aku punya janji
dengan teman spesialku untuk bertemu di Batujajar, sekedar ingin berkisah dan
melepas rindu. Saat itu—ba’da dzuhur, aku langsung berangkat menuju tempat janjianku
dengan teman spesialku. Saat itu gerimis turun dengan anggunnya menemani
keberangkatan ku. Sesampainya disana, kami langsung mengobrol banyak—salah satunya
mengenai masalah perkuliahanku. Kami juga sempat makan ice cream bareng dan bersenda gurau. Tak terasa waktu mulai
menunjukkan pukul 14.00, itu adalah waktu yang ku niatkan untuk pergi ke
pangkalan bus cimahi-jatinangor. Namun karena aku masih rindu dengan teman
spesialku, di tambah aku enggan pergi ke Jatinangor, tak terasa bulir-bulir
jatuh dari pelupuk mata. Entahlah…. Itu secara tiba-tiba. Meski melihatku
enggan tuk pergi, teman spesialku tetap membujukku tuk berangkat, karena memang
niat awal ku adalah berangkat ke Jatinangor. Mau tak mau dengan perasaan
kalut,resah,dan bingung akhirnya aku pun
berangkat. Pukul 16.30 aku sampai di
Jatinangor, di sambut mendungya langit sana—semendung hati dalam dada ini. Saat
itu aku mencoba menikmati alam Jatinangor di dekat gerbang kampus, sebagai
tanda perpisahanku dengan mereka. Yang awalnya ku kira tempat ini akan ku
tempati “beberapa tahun kedepan”, ternyata hanya beberapa bulan saja aku tinggali.
Tapi aku yakin, tahun depan aku akan tinggal di pangkuanmu kembali,
Jatinangor..terutama kamu, UNPAD. Aku akan menemuimu kembali tahun depan.
Dengan semangat -100%, aku pun beranjak tuk pergi ke kosku. Namun
kali itu aku putuskan tuk menggunakan jasa ojek saja tuk mengantarku kesana,
karena aku merasa lelah tuk berjalan.. Inilah hari sebagai hari-hari terakhir
ku di kota kecil ini :’) . Berat rasanya aku harus meninggalkanmu, UNPAD :’)
Aku pasti akan meridukan angkutan dan odong-odong kampus, merindukan tanjakan cinta dikampus, merindukan gerbang lama kampus, merindukan jajanan photato shake dan magnum coffee, merindukan saat-saat nunggu teman di atm centre, pokoknya aku pasti akan merindukan mu.. :')
bunderan sebelum ke tanjakan cinta
gerbang lama UNPAD sejuta kisah
gerbang UNPAD dekat BNI
odong-odong dan angkutan kampus UNPAD gratis
(kalau tiap naik, pasti rebutan, hhe)
atm centre, tempat kalau nunggu temen buat barengan pergi ke fakultas
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)